Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

Ajak Mahasiswa Meneladani Perjuangan Maulana Syekh, IAIH Pancor Gelar Diskusi

Redaksi CMI Jumat, 14 November 2025

 


CMI||Lombok Timur, NTB-Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor menggelar dialog publik bertema “Islam, Kyai Hamzanwadi dan Identitas Sasak” yang di selenggarakan di Rupatama I Kantor Bupati Lombok Timur, Sabtu (15/11/2025).


Kegiatan ini menegaskan bahwa identitas Sasak berakar kuat pada nilai-nilai keislaman serta menempatkan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid atau Maulana Syaikh sebagai figur pemersatu Islam dan budaya.


Acara yang dihadiri akademisi, sejarawan, pemerintah daerah,mahasiswa BEM se lombok timur dan rekan rekan OKP tersebut dibuka oleh Bakesbang Poldagri  yang diwakili oleh Kabid Pengkajian Masalah Strategis dan Penanganan Konflik, Agus Ilham Haliq, S.H. Ia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan bangsa.


"Jadilah pahlawan di bidang masing-masing. Tetap jaga persatuan, jangan terpecah belah, karena persatuan adalah kekuatan bangsa ini,” ujarnya.


Pada sesi dialog utama, Abdul Hadi, Ph.D. Cand., memaparkan bahwa Maulana Syaikh merupakan sosok yang tepat dijadikan figur pemimpin masyarakat Sasak, yang secara historis tidak mengenal satu pemimpin tunggal. 


Pandangan ini diperkuat oleh pemateri kedua Prof. Dr. H. Khirjan Nahdi, M.Hum., yang menilai perjuangan Maulana Syaikh bersifat holistik karena “memperjuangkan agama, bangsa, dan negara melalui instrumen organisasi masyarakat.”tuturnya.


Prof. Khirjan  juga mendorong peserta agar tidak berhenti pada kebanggaan simbolik.


Kita begitu membanggakan Hamzanwadi, namun pertanyaannya: apa yang sudah kita perbuat?” katanya, sambil meminta mahasiswa aktif menulis tentang Maulana Syaikh agar kiprahnya dikenal luas.


Pemateri lainnya, Lalu Muhammad Ariadi, MA.HK., menutup sesinya dengan mengajak peserta meneladani pesan Maulana Syaikh untuk berislam dengan baik dan benar.


Ketua BEM IAIH Pancor, Saefullah, menekankan relevansi pemikiran Kiai Hamzanwadi sebagai pembaharu yang memadukan ajaran Islam dengan budaya Sasak, sehingga membentuk masyarakat yang berilmu, berakhlak, dan memiliki kesadaran kebangsaan. Ia menyebut generasi muda hari ini sedang berhadapan dengan “perang melawan lunturnya moral, hilangnya karakter, dan melemahnya identitas.”


Wakil Rektor III IAIH Pancor, Dr. H. Abdul Hayyi Akrom, M.Pd., mengajak peserta meneladani perjuangan dua Pahlawan Nasional asal NTB—Maulana Syaikh dan Sultan Muhammad Salahuddin—yang menjadi pendorong penguatan identitas serta persatuan.


Dialog publik ini diharapkan menjadi fondasi bagi penguatan pembangunan Lombok Timur, NTB, dan Indonesia melalui integrasi nilai perjuangan pahlawan, ajaran Islam yang mencerahkan, dan identitas budaya Sasak yang berakar pada tradisi keislaman.(red*)

Tutup komentar

Komentar

ads-before

========== kode iklan ==========

ads-inline/3

========== kode iklan ==========

ads-after

Baca Juga

3/random/4/baca-juga