Iklan

iklan

Iklan

iklan
,

YGSI Bersama Pemda Gelar Diskusi Tematik Pendekatan Gender dalam Pemberitaan HKSR Remaja

Redaksi CMI Jumat, 20 Juni 2025

 


CMI||Lombok Timur, NTB-Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Pemerintah Daerah(Pemda)Lombok Timur(Lotim) dan berbagai pemangku kepentingan menggelar pertemuan koordinasi sekaligus diskusi tematik kelompok jurnalis di Aula DP3AKB Lombok Timur. 


Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas media massa dalam memberitakan isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) remaja dengan pendekatan yang berpihak pada gender.


Kegiatan ini merupakan kolaborasi apik antara Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB), Yayasan Gemilang Sehat Indonesia, dan Power to Youth.


Sejak tahun 2022-2024, YGSI telah aktif memetakan dan melatih media massa lokal untuk meningkatkan kesadaran jurnalis tentang HKSR dan mendukung pengembangan kebijakan yang pro-remaja.


Selain itu, upaya juga dilakukan untuk membangun minat jurnalis dalam melaporkan penelitian terkait HKSR remaja, serta memfasilitasi peneliti dan praktisi program untuk berbagi informasi secara sederhana dan mudah diakses.


Sebagai tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya, diskusi tematik ini berfokus pada penerapan Gender Transformative Approach (GTA) dalam jurnalisme, khususnya saat meliput program-program Power to Youth (PtY). 


Mendorong Pemberitaan yang Berpihak pada Korban


Haekal dari Yayasan Gemilang Sehat Indonesia menjelaskan bahwa lembaganya berfokus pada dua isu besar: Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual. Di NTB, YGSI bekerja di Lombok Tengah dan Lombok Timur. 


"Tujuan kegiatan kami hari ini adalah memberikan pemahaman tentang bagaimana pemberitaan yang berbasis gender dan positif, serta tidak menyudutkan gender," ujar Haekal.


Ia juga menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai evaluasi terhadap pemberitaan yang telah dimuat. Banyak pemberitaan yang mengejar tayang, namun justru menyudutkan korban, terutama dalam kasus kekerasan seksual.


"Disinilah kita mengevaluasi diri sendiri melalui pemberitaan yang teman-teman buat," tambahnya.


Senada dengan Koordinator YGSI, Safrudin, Diharapkan pada jurnalis selalu mempertimbangkan sensitivitas isu HKSR dan KBGS dengan mengutamakan syara/sudut pandang korban seperti Bantu korban mendapat keadilan, Ungkap akar masalah dengan objektif, Gali dan ungkapkan kebutuhan korban.


Mementingkan empati pada korban dengan menghindari pertanyaan klise yang membangkitkan trauma korban, Hindari detail kronologis yang membangkitkan trauma korban.


Kecermatan melengkapi narasumber dengan memilih narasumber yang kompeten & paham HKSR/KBGS, Hindari mengandalkan satu narasumber (kepolisian saja).


Melindungi korban dengan tidak mengungkapkan identitas korban, Tidak mengungkapkan identitas keluarga korban, dan tidak mengungkapkan informasi spesifik yang mengarah pada terbukanya identitas korban (alamat tempat tinggal, sekolah, dsb).


Dan terakhir diharapkan menonjolkan cerita baik/positif, Misalnya Kisah orang muda yang inspiratif, Champion dalam isu HKSR/KBGS, dan Korban perundungan yang bisa mengatasi traumanya, Mengumbar pilu & tragedi/ cerita tragis, dan terahir ambil sudut Humon interest, tetapi ada analisis.


Peran Krusial Media dalam Mengubah Paradigma


Ketua Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT), Rusliadi, mengapresiasi inisiatif YGSI. "Jarang-jarang NGO tergerak untuk memperhatikan pemberitaan yang berpihak pada korban," katanya.


Rusliadi menegaskan peran krusial media dalam membentuk opini publik. Secara sadar atau tidak, media memiliki peranan yang sangat besar sekali untuk mengonsumsi sosial. 


"Apa yang kita tulis, apa yang kita beritakan, akan menjadi kebiasaan masyarakat. Jika media terus-menerus melahirkan pemberitaan negatif, maka pemikiran masyarakat akan cenderung negatif. Sebaliknya, jika pemberitaan positif, maka masyarakat juga akan berpikir positif," jelasnya.


Ia menambahkan, media kerap disebut sebagai pilar keempat demokrasi karena memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi dunia. 


"Tidak heran kalau media di Lombok Timur juga memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan, bahkan mengubah pandangan masyarakat," terang Rusliadi, mengajak para jurnalis untuk terus berupaya membangun pemberitaan yang transformatif dan berpihak pada kemanusiaan. 


Karenanya Rusliadi, merekomendasikan Jurnalis perlu memiliki pemahaman yang baik tentang isu-isu gender, termasuk konsep-konsep seperti kesetaraan gender, keadilan gender, dan perspektif gender.


Jurnalis perlu mampu mengidentifikasi dan menghindari stereotip gender dalam peliputan, serta menyajikan narasi yang inklusif dan memberdayakan, Perusahaan media harus tingkatkan kapasitas dan profesionalisme jurnalis.


"Dan terakhir perlu digelar pelatihan-pelatihan tentang pentingnya peran media dalam menggunakan GTA atau Pendekatan Transformatif Gender," pungkas Rusliadi. (R)

Tutup komentar

Komentar

ads-before

========== kode iklan ==========

ads-inline/3

========== kode iklan ==========

ads-after

Baca Juga

3/random/4/baca-juga